Kemarin saat saya coba browsing tentang filsuf terkenal, saya menemukan
beberapa nama. Diantara nama tersebut ada nama Plato. Lalu karena penasaran apa
saja hasil pemikiran atau serita-cerita tentang Plato, saya coba browsing
kembali. Kemudian saya menemukan beberapa artikel yang berhubungan dengan
Plato. Ada tentang quotes (kata-kata mutiara) nya sampai cerita-cerita tentang
kehidupan.
Ada salah satu cerita yang menarik untuk saya. Cerita yang berhubungan
dengan cinta.
Begini ceritanya :
Satu hari, Plato bertanya pada gurunya, “Apa itu cinta? Bagaimana saya bisa
menemukannya?
Gurunya menjawab, “Ada hutan yang luas didepan sana. Berjalanlah kamu dan tanpa boleh mundur kembali, kemudian ambillah satu saja ranting. Jika kamu menemukan ranting yang kamu anggap paling menakjubkan, artinya kamu telah menemukan cinta” Plato pun berjalan, dan tidak seberapa lama, dia kembali dengan tangan kosong, tanpa membawa apapun.
Gurunya menjawab, “Ada hutan yang luas didepan sana. Berjalanlah kamu dan tanpa boleh mundur kembali, kemudian ambillah satu saja ranting. Jika kamu menemukan ranting yang kamu anggap paling menakjubkan, artinya kamu telah menemukan cinta” Plato pun berjalan, dan tidak seberapa lama, dia kembali dengan tangan kosong, tanpa membawa apapun.
Gurunya bertanya, “Mengapa kamu tidak membawa satupun ranting?”
Plato menjawab, “Aku hanya boleh membawa satu saja, dan saat berjalan tidak
boleh mundur kembali (berbalik)”. Sebenarnya aku telah menemukan yang paling
menakjubkan, tapi aku tak tahu apakah ada yang lebih menakjubkan lagi di depan
sana, jadi tak kuambil ranting tersebut. Saat kumelanjutkan berjalan lebih jauh
lagi, baru kusadari bahwasanya ranting-ranting yang kutemukan kemudian tak
sebagus ranting yang tadi, jadi tak kuambil sebatangpun pada akhirnya”
Gurunya kemudian menjawab ” Jadi ya itulah cinta”
Di hari yang lain, Plato bertanya lagi pada gurunya, “Apa itu perkawinan?
Bagaimana saya bisa menemukannya?”
Gurunya pun menjawab “Ada hutan yang subur didepan saja. Berjalanlah tanpa
boleh mundur kembali (menoleh) dan kamu hanya boleh menebang satu pohon saja.
Dan tebanglah jika kamu menemukan pohon yang paling tinggi, karena artinya kamu
telah menemukan apa itu perkawinan”
Plato pun berjalan, dan tidak seberapa lama, dia kembali dengan membawa
pohon. Pohon tersebut bukanlah pohon yang segar/ subur, dan tidak juga terlalu
tinggi. Pohon itu biasa-biasa saja.
Gurunya bertanya, “Mengapa kamu memotong pohon yang seperti itu?”
Plato pun menjawab, “Sebab berdasarkan pengalamanku sebelumnya, setelah
menjelajah hampir setengah hutan, ternyata aku kembali dengan tangan kosong.
Jadi dikesempatan ini, aku lihat pohon ini, dan kurasa tidaklah buruk-buruk
amat, jadi kuputuskan untuk menebangnya dan membawanya kesini. Aku tidak mau
menghilangkan kesempatan untuk mendapatkannya”
Gurunyapun kemudian menjawab, “Dan ya itulah perkawinan”.
Dari cuplikan cerita dari Plato diatas, dapat kita simpulkan bahwa cinta itu
semakin dicari, maka semakin tidak ditemukan. Cinta adanya didalam lubuk hati,
ketika dapat menahan keinginan dan harapan yang lebih.
Ketika pengharapan dan keinginan yang berlebih akan cinta, maka yang didapat
adalah kehampaan… tiada sesuatupun yang didapat, dan tidak dapat dimundurkan
kembali. Waktu dan masa tidak dapat diputar mundur.
Terimalah cinta apa adanya